Selamatan
Kajian Budaya Melalui Sudut Pandang Pelaku
oleh: Trisna Dwi Setianingsih
A.
Pengertian
Selamatan atau selametan merupakan salah satu wujud
budaya Jawa yang telah ada sejak dahulu kala. Namun sekarang tidaklah lagi
berfungsi sebagai penyembahan terhadap nenek moyang, akan tetapi telah dialih
fungsikan sebagai permintaan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai wujud syukur
kepada tuhan.
Selamatan merupakan
salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan diri dari mala petaka.
Slametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada dengan nama
yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan diri yang lemah di hadapan kekuatan-kekuatan di luar
diri manusia.
Selamatan adalah
sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Menurut Hildred Geertz, selamatan adalah suatu bentuk acara
syukuran dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga. Secara tradisional
acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila diatas tikar,
melingkari nasi tumpeng dengan lauk
pauk.
Slametan
berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia,
sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden
yang tidak dikehendaki. Sementara itu, Clifford Geertz mengartikan slamet yang berarti
ora ana apa-apa (tidak ada apa-apa).
B. Kajian Budaya Melalui Sudut Pandang
Pelaku
1.
Kaum Islam
Abangan dan Kaum Islam Putihan
Menurut
Hildred Geertz, selamatan pada umumnya dianut oleh kaum Islam Abangan,
sedangkan bagi kaum Islam Putihan (santri) praktik selamatan tersebut tidak
sepenuhnya dapat diterima, kecuali dengan membuang unsur-unsur syirik yang
menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan roh-roh. Karena itu bagi kaum santri,
selamatan adalah upacara do’a bersama dengan seorang pemimpin atau modin yang
kemudian diteruskan dengan makan-makan bersama sekedarnya dengan tujuan untuk
mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah Yang Maha Esa.
2.
Pria dan
wanita
Selamatan
pada umumnya diadakan pada malam hari setelah Isya’. Biasanya yang mengadakan
dari pihak keluarga. Adapun pelaku atau orang yang hadir dalam acara itu
biasanya dikhususkan bagi pria karena selaku kepala rumah tangga. Selamatan
seperti selamatan kelahiran, pernikahan, ataupun kematian biasanya dihadiri
oleh pria. Namun ada juga selamatan kelahiran yang diadakan khusus bagi wanita.
Biasanya dilakukan pada sore hari dihubungkan dengan acara pertemuan rutin.
Selamatan ada juga yang dihadiri oleh gabungan pria dan wanita, bahkan dihadiri
oleh semua anggota keluarga besar. Semua itu telah ditentukan sebelumnya oleh
pihak yang memiliki hajat.
3.
Umur/tingkat
kedewasaan
Seperti yang
telah disebutkan diatas bahwa acara selamatan juga bisa dihadiri oleh semua
anggota keluarga besar. Ada juga pihak yang ingin melaksanakan selamatan khusus
untuk keluarga besarnya sendiri. Pada pelaksanaan selamatan ini, umur atau
tingkat kedewasaan tidaklah berpengaruh, karena yang diundang adalah semua
keluarga besar baik masih kecil ataupun dewasa, baik masih bayi ataupun sudah
orang tua. Namun secara umum, selamatan yang diadakan di masyarakat biasanya
dihadiri oleh pria yang telah dewasa. Pria yang telah menjadi kepala rumah
tangga biasanya yang diundang dalam acara selamatan ini. Jika yang pelakunya
ibu-ibu, biasanya yang menghadiri juga para ibu. Namun jika pihak yang diundang
berhalangan hadir, biasanya digantikan oleh anaknya yang sudah beranjak dewasa.
C. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar