PORTOFOLIO 1 MATA KULIAH BUDAYA JAWA
NYADRAN
BUDAYA PENGANTAR KEKERABATAN TUHAN DAN SESAMA
TRISNA
DWI SETIANINGSIH
2601413039
ROMBEL
2
BAHASA
DAN SASTRA JAWA
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
NYADRAN
BUDAYA PENGANTAR KEKERABATAN TUHAN DAN SESAMA
Nyadran merupakan salah satu kegiatan yang telah
diyakini sebagai kebudayaan sejak munculnya Wali Sanga di Jawa Tengah,
khususnya di daerah Magelang. Sebagai wujud pelestarian kebudayaan, masyarakat
Magelang hampir mewajibkan adanya nyadranan. Setiap desa biasanya melaksanakan
sendiri-sendiri upacara tersebut. Budaya nyadran inilah yang dapat menjadikan hubungan
kekerabatan kepada Tuhan dan kekerabatan kepada sesama masyarakat di Magelang.
A. Pengertian
Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta,
sraddha
yang artinya keyakinan. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran
yang artiya ruwah syakban.
Nyadran
adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya
berupa kenduri
selamatan di makam leluhur. Menurut adat kejawen, nyadran berarti
berziarah Kubur atau pergi ke makam nenek moyang dengan membawa menyan, bunga
dan air doa. Sadran berarti kembali atau menziarahi makam atau tempat yang
dianggap sebagai cikal bakal suatu desa, biasanya masyarakat menamakan tempat
tersebut dengan sebutan punden yaitu makam cikal bakal desa setempat.
B. Sejarah
Nyadran berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke-15 para Walisongo
menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan
mudah diterima. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada
pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam
dinilai musrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para
wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya
dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa.
Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia
dan dengan Tuhan.
C.
Pelaksanaan
Nyadran merupakan salah satu tradisi
yang masih kental di Magelang. Kegiatan ini bertujuan sebagai penghormatan
terhadap para leluhur serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Budaya Nyadran ini juga dapat mendekatkan kerukunan antar masyarakat.
Sehingga akan terciptalah suatu kekerabatan antar masyarakat.
Tradisi yang dilaksanakan kurang lebih satu minggu
menjelang datangnya bulan suci Ramadhan ini memiliki rangkaian acara
sebagai berikut:
1. Melakukan ‘Resik Kubur’, yaitu pembersihan makam
leluhur dari kotoran dan rerumputan. Akan tetapi tidaklah hanya makam leluhur
saja yang dibersihkan, melainkan semua makam juga dibersihkan. Pembersihan
makam ini biasanya dilakukan oleh seluruh masyarakat yang laki-laki yang ada
dalam desa tersebut. Bersih Kubur biasanya dilakukan pagi hari.
2. Melakukan
upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada roh yang telah meninggal di area
makam. Hal ini dilakukan setelah bersih makam dilaksanakan. Perwujudannya
melalui acara doa bersama.
3. Menyelenggarakan
kenduri, dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan
bersama. Biasanya kenduri ini dilaksanakan bersamaan dengan acara pengajian.
Pengajian ini biasanya dilakukan di masjid setempat ataupun di sekitar area
makam. Setelah pengajian usai, makanan kenduri itu dibagikan pada masyarakat
yang mengikuti pengajian. Makanan yang dibagikan harus berupa makanan
tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.
4. Acara
nyadran telah selesai setelah diadakannya acara jabat tangan antar masyarakat.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar antara masyarakat yang satu dengan yang
lain dapat saling kenal dan saling sapa, sehingga terciptalah suatu kekerabatan
masyarakat yang tinggi.
D.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar